hanya sedikit pengalaman hidup, dari kenyataan hidup di dunia yang kejam .
tidak bermaksud sok lebih tau, tapi saya hanya ingin berbagi tentang sebuah nilai kehidupan yang baru saja saya dapat .
ketika seorang kakek yang sangat tua itu bersandar di samping jendela, dan berpegang pada subuah pegangan, yang disediakan oleh bis, untuk penumpang berpegangan agar tidak jatuh .
melihatnya yang tua renta, berbaju kumuh, dan memanggul sebuah tas dengan suatu benda didalamnya seperti raket, tapi itu bukan raket .
terlintas dibenak saya , "hendak kemana kakek kakek ini, sendirian, sepertinya kakek ini amatlah susah hidupnya" .
lalu terbesit ingin saya membayarkan ongkos bis kakek ini, tanpa sepengetahuan si kakek tersebut .
tapi niat saya terhenti, ketika saya berfikir mungkin kakek ini penampilan luar seperti itu mungkin dia seperti kakek yang saya sering lihat .
tak jarang yang memiliki uang banyak, tapi saya semakin tidak yakin ketika pak kondektur bis berjalan ke arah kami untuk meminta ongkos karcis perjalanan .
kakek itu mengeluarkan semua uang yang ada di saku celananya, ternyata kakek tersebut hanya memiliki 2 lembar uang ribuan, lima ribuan dan dua ribuan .
hati saya miris, "ini anaknya kemana ? apa tidak memiliki anak ? apa tidak memiliki cucu setua ini ?"
bukan bermaksud ingin sombong, tapi secepat mungkin ketika kondektur mendekat .
pada si kondektur , "pak ini saya bayarkan sama kakek itu"
tapi kakek itu bersikeras membayar ongkos bis tersebut, saya pun semakin kagum terhadap kakek itu .
ketika hampir sampai ditempat tujuan, saya putuskan untuk duduk bersama beliau .
sejenak saya perhatikan selain kumuh, kakek itu juga agak tercium bau busuk duduk bersebelahan dengannya, tapi sepertinya bukan masalah bagi saya .
ketika kakek tersebut menyapa saya, terdengar suaranya yang terbata bata, membuat saya ingin menangis ditempat, tapi saya tidak ingin ada orang yang melihat saya menangis, karena kakek ini seperti almarhum kakek saya, mungkin jika beliau masih hidup, dan berada di posisi kakek ini, akan melakukan hal yang sama untuk saya dan adik-adik saya .
kakek ini sempat bercerita sedikit tentang kehidupannya, kurang lebih seperti ini .
"saya ini nduk, kerja di jauhnya untuk menyambung hidup nduk, buat membiayai kedua cucu saya . satunya baru lulus SMA satunya masih mondok(yang saya tau pondok pesantren yang bapak ini maksud merupakan pondok pesantren yang besar, dan mahal biayanya, kenapa bapak ini masih sanggup membiayai cucunya tersebut ??) yang baru lulus SMA, nglamar kerja di toko tapi masih belum dapet panggilan(baca:interview)"
saya sempat bertanya kepada kakek tersebut, kemana anaknya ??. Dan kakek itu menjawab .
"anak saya meninggal akibat kecelakaan, bersama suaminya, jadi saya yang menghidupi kedua cucu saya, istri saya juga meninggal baru tempo hari saya menyelenggarakan 100 hari meninggalnya istri saya nduk, ya kalo masak kadang cucu, kadang saya beli lauk yang saya inginkan, sekarang ada listrik semua gampang"
dengan tersenyum untuk menutupi keharuan yang teramat dalam saya berkata pada beliau, "yang sabar kek, namanya hidup, kembalikan semua ke Yang memiliki kehidupan"
dan sambil tersenyum kakek itu menyahut, "iya nduk, di sabar sabarkan . kakek ini kena stroke dulu, jadi tangan kakek bengkok seperti sekarang, jalan tak lagi lurus, sakit semua ini badan nduk, tapi kalau dituruti saya ndak bisa makan, gara gara ndak kerja . dulu kata dokter yang ngobati saya, untung masih hidup . ya Alhamdulillah nduk, hati-hati di jalan nduk, sekolah yang bener, kasian orang tua yang pontang panting biayain hidupmu"
hanya dengan anggukan mantap sembari tersenyum menahan tangis haru, kini saya merasakan kembali kasih saying seorang kakek kepada cucunya :')
semoga akong bahagia disana, amiin :')
kami disini merindukanmu ..
tidak bermaksud sok lebih tau, tapi saya hanya ingin berbagi tentang sebuah nilai kehidupan yang baru saja saya dapat .
ketika seorang kakek yang sangat tua itu bersandar di samping jendela, dan berpegang pada subuah pegangan, yang disediakan oleh bis, untuk penumpang berpegangan agar tidak jatuh .
melihatnya yang tua renta, berbaju kumuh, dan memanggul sebuah tas dengan suatu benda didalamnya seperti raket, tapi itu bukan raket .
terlintas dibenak saya , "hendak kemana kakek kakek ini, sendirian, sepertinya kakek ini amatlah susah hidupnya" .
lalu terbesit ingin saya membayarkan ongkos bis kakek ini, tanpa sepengetahuan si kakek tersebut .
tapi niat saya terhenti, ketika saya berfikir mungkin kakek ini penampilan luar seperti itu mungkin dia seperti kakek yang saya sering lihat .
tak jarang yang memiliki uang banyak, tapi saya semakin tidak yakin ketika pak kondektur bis berjalan ke arah kami untuk meminta ongkos karcis perjalanan .
kakek itu mengeluarkan semua uang yang ada di saku celananya, ternyata kakek tersebut hanya memiliki 2 lembar uang ribuan, lima ribuan dan dua ribuan .
hati saya miris, "ini anaknya kemana ? apa tidak memiliki anak ? apa tidak memiliki cucu setua ini ?"
bukan bermaksud ingin sombong, tapi secepat mungkin ketika kondektur mendekat .
pada si kondektur , "pak ini saya bayarkan sama kakek itu"
tapi kakek itu bersikeras membayar ongkos bis tersebut, saya pun semakin kagum terhadap kakek itu .
ketika hampir sampai ditempat tujuan, saya putuskan untuk duduk bersama beliau .
sejenak saya perhatikan selain kumuh, kakek itu juga agak tercium bau busuk duduk bersebelahan dengannya, tapi sepertinya bukan masalah bagi saya .
ketika kakek tersebut menyapa saya, terdengar suaranya yang terbata bata, membuat saya ingin menangis ditempat, tapi saya tidak ingin ada orang yang melihat saya menangis, karena kakek ini seperti almarhum kakek saya, mungkin jika beliau masih hidup, dan berada di posisi kakek ini, akan melakukan hal yang sama untuk saya dan adik-adik saya .
kakek ini sempat bercerita sedikit tentang kehidupannya, kurang lebih seperti ini .
"saya ini nduk, kerja di jauhnya untuk menyambung hidup nduk, buat membiayai kedua cucu saya . satunya baru lulus SMA satunya masih mondok(yang saya tau pondok pesantren yang bapak ini maksud merupakan pondok pesantren yang besar, dan mahal biayanya, kenapa bapak ini masih sanggup membiayai cucunya tersebut ??) yang baru lulus SMA, nglamar kerja di toko tapi masih belum dapet panggilan(baca:interview)"
saya sempat bertanya kepada kakek tersebut, kemana anaknya ??. Dan kakek itu menjawab .
"anak saya meninggal akibat kecelakaan, bersama suaminya, jadi saya yang menghidupi kedua cucu saya, istri saya juga meninggal baru tempo hari saya menyelenggarakan 100 hari meninggalnya istri saya nduk, ya kalo masak kadang cucu, kadang saya beli lauk yang saya inginkan, sekarang ada listrik semua gampang"
dengan tersenyum untuk menutupi keharuan yang teramat dalam saya berkata pada beliau, "yang sabar kek, namanya hidup, kembalikan semua ke Yang memiliki kehidupan"
dan sambil tersenyum kakek itu menyahut, "iya nduk, di sabar sabarkan . kakek ini kena stroke dulu, jadi tangan kakek bengkok seperti sekarang, jalan tak lagi lurus, sakit semua ini badan nduk, tapi kalau dituruti saya ndak bisa makan, gara gara ndak kerja . dulu kata dokter yang ngobati saya, untung masih hidup . ya Alhamdulillah nduk, hati-hati di jalan nduk, sekolah yang bener, kasian orang tua yang pontang panting biayain hidupmu"
hanya dengan anggukan mantap sembari tersenyum menahan tangis haru, kini saya merasakan kembali kasih saying seorang kakek kepada cucunya :')
semoga akong bahagia disana, amiin :')
kami disini merindukanmu ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar